11 Mei 2014

SUPERVISI DAN EVALUASI PROGRAN PENDIDIKAN


Kajian Buku dari Carl D. Glickman:
Development Supervision

Chapter 5. REFLECTION ON SCHOOLS, TEACHING AND SUPERVISION


REFLEKSI PADA SEKOLAH, PENGAJARAN DAN SUPERVISI


1.     Mengubah Pandangan: Perhatian Baru Pada Pengajaran dan Pembelajaran Konstruktivis

Dalam beberapa tahun terakhir pandangan konstruktivis telah meningkatkan pengaruh terhadap pengajaran dan pembelajaran dalam kelas di negara kita.Konstruktivisme adalah sebuah epistemologi (teori dari sifat pengetahuan) berdasarkan pada karya berbagai filsuf, psikolog, dan pendidik.Tokoh-tokoh yang terkait dengan konstruktivisme termasuk Immanuel Kant, Lev Vygotsky, John Dewey, Jean Piaget, Bruner Jerme, dan Howard Gardner.Konstruktivisme menyatakan bahwa orang menciptakan pengetahuan baru sebagai hasil dari interaksi pengetahuan yang ada, keyakinan, dan nilai-nilai dengan ide-ide baru, masalah, atau pengalaman.Untuk konstruktivis pengetahuantidak universal, objektif atau tetap, tetapi dibangun atau dikonstruksi bersama peserta didik.
Meskipun ada beberapa model yang berbeda dari konstruktivisme, model ini dapat diklasifikasikan ke dalam satu dari dua kategori umum.Konstruktivisme kognitif difokuskan pada pengembangan intelektual individual.Teori ini menyatakan bahwa belajar terstimulasi ketika individu menemukan sebuah ide atau pengalaman yang bertolak belakang dengan konsepsi dari kenyataan yang ada.Perbedaan ini menyebabkan "konflik kognitif" dan "ketidakseimbangan" yang merangsang orang untuk mengembangkan dan mengasimilasi pengetahuan baru sebagai sarana untuk mengatasi perbedaan tersebut.Kategori umum lainnya adalah konstruktivisme sosial, yang mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diciptakan oleh individu tetapi dibangun sebagai hasil interaksi individu dengan konteks sosialnya.Selain itu, interaksi membawa perubahan pada keduanya yaitu pada individu dan konteks sosial.
Apa implikasi praktis dari konstruktivisme untuk pengajaran? Meskipun konstruktivisme tidak bertentangan dengan semua penelitian efektivitas pengajaran, jelas bertentangan dengan bagian dari penelitian efektivitas yang mendukung pengajaran langsung ditandai dengan presentasi guru, praktek mahasiswa, dan koreksi guru. Airasian dan Walsh (1997) membahas apa artinya pendekatan konstruktivis untuk guru dan siswa:
Dalam pendekatan konstruktivis, guru harus belajar untuk membimbing; bukan menggurui; menciptakan lingkungan di mana siswa harus dapat membuat makna sendiri, bukan bentukan guru; menerima keragaman dalam konstruksi, tidak sekedar mencari satu jawaban yang "benar"; memodifikasi yang sebelumnya "benar" dan "salah", tidak berpegang pada kriteria dan standar yang kaku; menciptakan kenyamanan, bebas, lingkungan yang responsif yang mendorong keterbukaan konstruksi siswa, tidak tertutup,  menghakimi sistem. . . (hal. 148).

. . . Siswa juga harus belajar cara-cara baru untuk melakukan. Mereka harus belajar untuk berpikir sendiri, tidak menunggu guru untuk memberitahu mereka apa yang harus dipikirkan; melanjutkan dengan sedikit fokus dan arahan dari guru, tidak menunggu arahan eksplisit dari guru; mengekspresikan ide-ide mereka sendiri dengan jelas dalam kata-kata mereka sendiri, tidak menjawab pertanyaan dengan jawaban terbatas; untuk meninjau kembali dan merevisi konstruksi, tidak untuk segera pindah ke konsep atau ide berikutnya (hal. 448).

Tabel 5.1 lebih lanjut penjelasan pendekatan konstruktivis pada pengajaran dan pembelajaran dengan membandingkan kelas tradisional dengan kelas konstruktivis.
Tabel 5.1 Perbandingan Kelas Konstruktivis dan Kelas Tradisional

 
 
2.  Peningkatan Pembelajaran dan Pengajaran yang Efektif
Mari kita lanjutkan refleksi ini pada praktek dengan caramengambil pernyataan sepele tentang supervisi yang hampir tidak ada yang mempermasalahkan: Tujuan supervisi adalah untuk meningkatkan pengajaran. Kedengarannya bagus, sampai kita meminta definisi jenis pembelajaran apa yang ingin ditingkatkan. Apakah kita ingin meningkatkan pembelajaran untuk pengajaran pengetahuan dasar dan keterampilan?berpikir kritis, keterampilan sosial, prinsip-prinsip moral, atau kreativitas? Apakah pembelajaran yang terjadi di sekolah dasar di pedesaan, di sekolah menengah di pinggiran kota, atau sekolah tinggi di perkotaan? Dan bagaimana dengan siswa?Apakah mereka lebih berkembang dalam verbal, visual-spasial, kinestetik jasmani, atau kecerdasan intelligencelainnya dari Gardner (1999)?Dalam analisis akhir, apa yang merupakan peningkatan pembelajaran dan keberhasilan pengajaran dapat didefinisikan hanya dalam konteks tujuan pembelajaran tertentu, lingkungan belajar setempat, dan setiap siswa. Ini berarti bahwa mencari satu model pembelajaran yang efektif untuk semua konten pembelajaran yaitu siswa, dan situasinya adalah sia-sia.
Sebuah tindakan yang lebih produktif adalah untuk mengidentifikasi berbagai strategi pembelajaran yang efektif dalam kaitannya untuk mengidentifikasi tujuan pembelajaran siswa secara individual. Jika proposisi ini diterima, peran supervisor menjadi salah satu yang membantu guru untuk memperjelas tujuan pembelajaran sekolah dan tujuan pembelajaran dalam kelas, mengembangkan berbagai strategi pembelajaran (pengajaran langsung, pengajaran konstruktivis, pembelajaran kooperatif, dialog kelas, layanan belajar, dan sebagainya), "memadupadankan" strategi pembelajaran untuk tujuan pengajaran dan untuk siswa, dan menilai dampak dari pembelajaran untuk tujuan perbaikan secara terus-menerus. Dengan menitikberatkan pada supervisi, pengajaran yang efektif dipandang sebagai kemampuan guru untuk menggunakan berbagai variasi mengajar sesuai dengan berbagai tujuan pembelajaran dan gaya belajar siswa. Sebagaimana menurut Porter dan Brophy (1988),

Guru yang efektif jelas tentang apa yang ingin mereka capai melalui pengajaran mereka, dan tetap pada tujuan dalam pikiran mereka baik dalam merancang pengajaran dan mengkomunikasikan tujuannya kepada siswa. . . .Guru yang efektif bijaksana tentang praktek mereka.Mereka mengambil waktu untuk refleksi dan evaluasi diri, memantau pengajaran mereka untuk memastikan bahwa konten yang bermanfaat telah diajarkan kepada semua siswa, dan menerima tanggung jawab untuk membimbing pembelajaran dan perilaku siswa. (hal. 81-82)
Untuk perpaduan beberapa tujuan pembelajaran dan beberapa model pembelajaran, Ornstein (1990) menambahkan konsep gaya mengajar:
Gaya mengajar  adalah versi yang menjadi bagian dari kepribadian dan jenis filosofi. Setiap orang harus mengembangkan gaya mengajar sendiri dan merasa nyaman di dalam kelas. Singkatnya, guru harus mengembangkan khasanah mereka sendiri, relatif terhadap karakteristik fisik dan mental mereka sendiri dan siswa mereka. Dengan demikian, tidak ada satu jenis yang ideal tetapi sebuah kumpulan dari beberapa jenis  dan gaya mengajar guru. Gaya guru adalah masalah pilihan dan kenyamanan, dan apa yang dilakukan satu guru dengan sekumpulan siswa belum tentu berlaku untuk yang lainnya (hal. 84)

Gaya mengajar, tentu saja, bisa berubah dan diperluas dari waktu ke waktu, memungkinkan untuk perluasan khasanah strategi pengajaran guru. Namun, mencoba memaksa guru untuk segera mengadopsi strategi yang sangat bertentangan dengan gaya mengajar mereka saat ini tidak konsisten dengan kedua prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa dan konsep guru sebagai seorang yang profesional. Lebih baik pada awalnya mengundang guru untuk belajar dan mencoba strategi baru yang konsisten dengan gaya mereka saat ini, dan kemudian memfasilitasi guru untuk melanjutkan pengembangan yang berkelanjutan dari gaya mengajar dan khasanah guru dari waktu ke waktu.
Peningkatan pembelajaran dapat didefinisikan seperti membantu guru memperoleh strategi mengajar sesuai dengan tujuan pengajaran dan kompatibel dengan gaya mengajar umum mereka yang meningkatkan kemampuan siswa membuat keputusan yang bijaksana dalam berbagai konteks (berkaitan dengan teman sebaya, orang dewasa, kalangan akademisi, dan kehidupan). Oleh karena pengajaran yang efektif terdiri dari tindakan tentang keputusan mengajar, rutinitas, dan teknik yang meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan siswa.

3.  Keyakinan Mengenai Pendidikan
Kita telah membahas bagaimana definisi pengajaran yang efektif tergantung pada tujuan pembelajaran sekolah dan guru. Tujuan pembelajaran, pada akhirnya berdasarkan pada keyakinan tentang hal-hal seperti tujuan pendidikan, apa yang harus diajarkan, sifat peserta didik, dan proses belajar. Baik atau tidak hal itu harus disadari, falsafah pendidikan guru dan surpervisor memiliki dampak yang signifikan terhadap pengajaran dan upaya perbaikan pembelajaran.Berikut ini adalah ringkasan dari platform pendidikan dari tiga guru dengan keyakinan yang berbeda mengenai pendidikan.
Joan Simpsonpercaya bahwa tujuan pendidikan harus bisa mentransmisikan kumpulan pengetahuan dasar, keterampilan, dan nilai-nilai budaya kepada siswa.Untuk melakukan ini secara efektif, guru harus menjalankan kontrol atas kelas, konten pelajaran, dan siswa.Konten harus bisa dibedakan terlebih dahulu ke dalam bidang akademik dan kemudian menjadi elemen-elemen kecil, dan pembelajaran harus berlangsung dalam rangkaian kecil serta berurutan. Semua siswa harus diharapkan untuk menguasai konten yang sama. Kelas dan jenis-jenis motivasi eksternal diperlukan untuk menjamin pembelajaran siswa.
Bill Washingtonpercaya bahwa tujuan pendidikan harus sesuai dengan perkembangan siswa, terutama dalam keterampilan penyelidikan dan pemecahan masalah.Untuk meningkatkan perkembangan siswa tersebut, guru menyampaikan pengetahuan yang sudah ada, juga mendorong siswa untuk bereksperimen untuk menguji gagasan lama dan mencari solusi untuk masalah-masalah baru.Bill percaya karena penyelidikan adalah yang paling berhasil dalam lingkungan yang demokratis, guru harus mengendalikan lingkungan belajar dengan siswa.Karena pemecahan masalah sering terjadi dalam konteks sosial, siswa harus belajar keterampilan sosial serta konten akademis.
Pat Rogerspercaya bahwa setiap anak adalah unik dan tujuan utama pendidikan harus untuk memenuhi kebutuhan setiap siswa. Guru harus membantu perkembangan setiap siswa ke arah sepenuhnya potensi dirinya masing-masing. Ini berarti menangani siswa secara keseluruhan adalah dengan meningkatkan perkembangan fisik, emosi, kognitif, moral, dan sosial mereka.Pendidikan holistik tersebut termasuk memfasilitasi kemandirian siswa. Pat percaya bahwa siswa harus memiliki kontrol atas lingkungan belajar mereka sendiri karena memungkinkan tingkat kematangan mereka. Guru sebaiknya mendasari pelajaran berdasarkan pada pengalaman, pelajaran, kekhawatiran, dan minat siswa. Siswa seharusnya diperbolehkan untuk berpartisipasi dalam menilai pembelajaran mereka sendiri.
Ketiga platform pendidikan yang baru saja dijelaskan mewakili keyakinan yang kontras. Berdasarkan keyakinan pendidikan mereka, Joan Simpson, Bill Washington, dan Pat Rogers, tidak diragukan lagi, memiliki definisi yang berbeda tentang perbaikan pembelajaran dan pengajaran yang efektif! Kamu dapat melihat salah satu platform pendidikan sebagai sesuatu yang mirip dengan milikmu, kamu mungkin setuju dengan bagian-bagian masing-masing, atau mungkin memiliki keyakinan yang berbeda samasekali. Dalam kasus apapun, penting bagimu untuk memperjelas keyakinan pendidikanmu sendiri. Dengan merenungkan pertanyaan-pertanyaan berikut, kamu bisa mulai membangun platform pendidikanmu:
1. Apa yang harus menjadi tujuan pendidikan?
2. Apa yang harus menjadi isi kurikulum sekolah?
3. Siapa yang harus mengendalikan suasana pembelajaran?
4. Bagaimana seharusnya hubungan guru dan siswa?
5. Dalam kondisi seperti apa pembelajaran siswa lebih berhasil?
6. Apa yang memotivasi siswa untuk melakukan yang terbaik di sekolah?
7. Apa definisimu tentang pengajaran yang efektif?
8. Apa karakteristik pribadi yang dimiliki oleh seorang guru yang sukses?
9. Bagaimana seharusnya guru menilai pembelajaran siswa?
10. Apa definisimu tentang sekolah yang baik?
Pendapat saya:
1.    Yang harus menjadi tujuan pendidikan adalah menjadikan seseorang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki pengetahuan yang memberi manfaat kepada dirinya dan bagi bangsa dan negaranya, memiliki kecerdasan, berkepribadian, memiliki perilaku dan berakhlak mulia serta keterampilan untuk dapat hidup secara mandiri.
2.    Yang harus menjadi isi kurikulum sekolah adalah semua aspek yang berhubungan dengan pengetahuan dan juga materi pelajaran yang akan dipelajari siswa pada setiap mata pelajaran dan dapat memberikan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa memiliki aktivitas belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan baik dalam kelas maupun yang menjadi tujuan sekolah.
3.    Yang harus mengendalikan lingkunganpembelajaran adalah semua pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran. Proses pengajaran dan pembelajaran harus berlangsung dalam suasana yang kondusif agar siswa dapat belajar tanpa mengalami suatu gangguan dan guru sebagai pengajar dapat mengajar dengan baik dan lancar tanpa perlu memikirkan masalah yang akan timbul akibat dari gangguan di sekitarnya.
4.    Hubungan guru dan siswa seharusnya menciptakan keselarasan agar memperoleh suasana belajar mengajar yang kondusif. Guru harus selalu menjadi teladan bagi siswa, baik dalam berbahasa maupun dalam prilaku, agar siswa selalu menghargai gurunya yang dapat berimplikasi pada penghargaan dirinya sendiri.
5.    Siswa akan lebih berhasil dalam pembelajaran ketika berada dalam kondisi siap untuk belajar. Kesiapan siswa untuk belajar dapat diciptakan guru di sekolah antara lain dengan menumbuhkan motivasi belajar siswa, menciptakan suasana belajar yang kondusif dan konstruktif dalam kelas, guru juga menunjukkan sikap yang bersemangat dalam mengajar, guru harus mengarahkan siswa pada suatu kondisi atau suasana belajar yang demokratis dalam rangka menumbuhkan keaktifan siswa dalam belajar.
6.    Yang dapat memotivasi siswa untuk melakukan yang terbaik di sekolah antara lain adalah dengan memberikan penghargaan sekecil apapun atas prestasi siswa, selalu menumbuhkan kebiasaan positif mulai dari perkataan hingga sikap yang dicontohkan guru, menghargai potensi diri siswa, dan membangun kepercayaan dirinya. Dengan melakukan hal ini, siswa akan termotivasi karena yakin dengan potensi yang mereka miliki sehingga siswa melakukan hal-hal yang terbaik di sekolah sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
7.    Menurut saya pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menggunakan strategi yang sesuai dengan perkembangan siswa dan kompleksitas siswa, karena siswa bervariasi. Dalam pengajaran ini guru mampu memotivasi siswa, berkomunikasi dan berhubungan secara efektif dengan siswa yang memiliki karakter berbeda-beda.
8.    Karakteristik pribadi yang dimiliki oleh seorang guru yang sukses antara lain adalah menganggap pekerjaan mengajar sebagai sesuatu yang menarik dan menantang, memiliki pribadi yang hangat dalam berhubungan dengan siswa, mampu memecahkan masalah yang timbul dalam proses belajar mengajar di sekolah, tidak bergantung kepada kepala sekolah dalam menyelesaikan masalah, tidak menganggap siswa sebagai beban, tetapi sebagai individu yang belajar yang memerlukan arahan dan bimbingan.
9.    Dalam menilai pembelajaran siswa seharusnya guru dapat mengetahui kompetensi apa yang telah dikuasai oleh siswa dan segera mengambil tindakan perbaikan ketika nilai siswa tidak sesuai dengan harapan guru. Guru harus mengetahui tujuan penilaian itu untuk mengukur kompetensi siswa setelah dilaksanakannya proses pembelajaran, dalam membuat soal sesuai dengan kompetensi yang harus dikuasai siswa, guru harus membuatnya dengan penuh keteraturan sesuai dengan kisi-kisi yang telah disusun sebelumnya, penilaian yang dilakukan guru harus mampu membuat siswa berprestasi dan menemukan prestasi unik yang dimiliki oleh setiap siswa, dan ketika ada siswa yang mengalami masalah dalam pembelajaran, maka guru perlu memberikan motivasi kepada siswa tersebut bahwa mereka juga bisa seperti teman-temannya yang lain.
10. Sekolah yang baik adalah sekolah yang berorientasi pada kinerja profesional, konsisten pada aturan, menjalin budaya kerjasama yang baik, mengembangkan kehidupan yang memberikan peluang kepada guru dan siswa untuk berkreasi.

4.  Keyakinan Supervisi
Kebanyakan pengawas, tentu saja, adalah mantan guru.Akibatnya, pandangan mereka tentang pembelajaran, hakikat pembelajar, pengetahuan, dan peran guru di kelas mempengaruhi pandangan mereka tentang supervisi.Lagipula, supervisi dalam banyak analog berkaitan dengan pengajaran. Guru ingin meningkatkan perilaku, prestasi, dan sikap siswa. Demikian pula supervisor, ingin meningkatkan perilaku, prestasi, dan sikap guru. Platform supervisi dari tiga supervisor akan dijelaskan selanjutnya. Ketika kamu membaca platform ini, perhatikan hubungan antara keyakinan yang dikandungnya dan keyakinan guru yang ada dalam tiga platform pendidikan yang telah dibahas sebelumnya.
Bob Reynolds percaya bahwa tujuan supervisi adalah untuk memonitor guru dalam menentukan apakah pengajaran mereka mencakup unsur-unsur pengajaran yang efektif.Apakah dalam unsur-unsur yang diamati, supervisor memberikan penguatan positif untuk memastikan bahwa mereka melanjutkannya dan menyertakannya dalam pelajaran bagi guru.
Bob percaya bahwa jika seorang guru tidak menggunakan, atau salah menggunakan, unsur-unsur pengajaran yang efektif, supervisor memiliki tanggung jawab untuk memberikan bantuan perbaikan dengan menjelaskan dan menunjukkan perilaku pembelajaran yang tepat, menetapkan standar perbaikan, dan monitoring dan memperkuat upaya perbaikan guru. Singkatnya, supervisor harus memiliki tanggung jawab utama untuk memutuskan perbaikan pembelajaran.
Jan White percaya bahwa tujuan supervisi adalah untuk melibatkan guru dalam penyelidikan bersama yang ditujukan pada peningkatan pengajaran.Supervisor dan guru harus saling berbagi persepsi masalah pembelajaran, bertukar saran untuk memecahkan masalah mereka, dan menegosiasikan rencana perbaikan. Rencana perbaikan menjadi hipotesis yang akan diuji oleh guru dengan bantuan supervisor. Dengan demikian, Jan percaya bahwa supervisor dan guru harus berbagi tanggung jawab untuk perbaikan pembelajaran.
Shawn Moore percaya bahwa tujuan supervisi harus mendorong refleksi dan otonomi guru dan memfasilitasi peningkatan pengajaran guru.Supervisor harus peduli dengan konsep diri guru dan pengembangan pribadi serta kinerja pembelajaran guru.Hal ini penting bagi supervisor untuk membangun hubungan dengan guru yang ditandai dengan keterbukaan, kepercayaan, dan penerimaan.Shawn percaya bahwa supervisor harus memungkinkan guru untuk mengidentifikasi masalah pembelajaran, rencana perbaikan, dan kriteria untuk sukses.Supervisor dapat membantu mengarahkan guru melalui mendengarkan secara aktif, mengklarifikasi, mendorong, dan melakukan refleksi.Dengan demikian, guru harus memiliki tanggung jawab utama untuk memutuskan perbaikan pembelajaran dengan supervisor yang berfungsi sebagai fasilitator aktif.
Deskripsi ini menunjukkan bahwa platform supervisi bisa beragam seperti platform pendidikan.Ketika kita membandingkan platform pendidikan Joan Simpson, Bill Washington, dan Pat Rogers dengan platform supervisi dari Bob Reynolds, Jan White, dan Shawn Moore, kita dapat melihat bahwa kedua jenis platform mengungkapkan keyakinan dasar tentang pengetahuan, sifat manusia, dan kontrol. Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut, kamu dapat memulai proses untuk memperjelas keyakinanmu sendiri tentang supervisi pembelajaran. Kami menyarankan agar kamu menulis tanggapan terhadap pertanyaan, menyimpan tanggapanmu, dan menilai kembali platform pengawasanmu setelah selesai membaca teks ini.
1. Apa definisi supervisi pembelajaran?
2. Apa yang harus menjadi tujuan akhir dari supervisi?
3. Siapa yang harus mengawasi? Siapa yang harus diawasi?
4. Apa pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh supervisoryang sukses?
5. Apakah kebutuhan yang paling penting bagi guru?
6. Apa yang membuat hubungan positif antara supervisor dan guru?
7. Apa jenis kegiatan yang menjadi bagian dari supervisi pembelajaran?
8. Apa yang harus diubah pada praktek supervisi pembelajaran saat ini?
Tanggapan saya:
1.  Supervisi pembelajaran adalah suatu upaya untuk membantu guru memperbaiki kualitas belajar mengajar agar guru dapat melaksanakan proses pembelajaran demi mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
2.  Yang menjadi tujuan akhir dari supervisi adalah meningkatkan situasi belajar mengajar yang dilaksanakan guru, memperbaiki proses pembelajaran dan juga meningkatkan hasil belajar siswa.
3.  Yang harus mengawasi adalah pengawas pendidikan atau supervisor yang telah diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang untuk melaksanakan pengawasan, pengawasan juga dapat dilakukan oleh kepala sekolah. Sedangkan yang diawasi adalah guru yang melaksanakan proses pembelajaran. Pengawasan juga dilakukan oleh seorang supervisor kepada kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran.
4.  Pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh supervisor yang sukses merupakan kompetensi yang harus dimiliki seorang supervisor yaitu kepribadian, supervisi akademik, supervisi manajerial, evaluasi pendidikan, penelitian dan pengembangan, dan sosial.
5.  Kebutuhan yang paling penting bagi guru adalah adanya motivasi baik dalam dirinya sendiri maupun dari orang lain seperti dari kepala sekolah, supervisor, dan rekan guru lainnya, guru juga membutuhkan supervisi demi perbaikan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan, serta kesempatan yang baik untuk berkembang dalam karir.
6.   Yang membuat hubungan positif antara supervisor dan guru adalah terjalinnya suatu hubungan yang bersifat terbuka. Jika perlu menciptakan hubungan yang bersifat informal sehingga guru tidak merasa terbebani dalam pelaksanaan supervisi.
7.  Jenis kegiatan yang menjadi bagian dari supervisi pembelajaran adalah supervisor membantu mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan, seperti media yang diperlukan untuk kelancaran proses belajar mengajar, membantu guru mencari, mengembangkan, dan menggunakan metode-metode baru dalam proses belajar mengajar, dan berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru antara lain dengan mengadakan workshop, seminar, inservice training atau upgrading.

8.  Yang harus diubah pada praktek supervisi pembelajaran saat ini adalah supervisi yang dilakukan untuk mengawasi apakah guru menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan instruksi atau ketentuan-ketentuan yang telah digariskan, dan menganggap guru sebagai pelaksana pasif dari pembelajaran. Jadi yang terutama adalah merubah mind set tentang pelaksanaan supervisi khususnya supervisi pembelajaran menjadi suatu layanan buat guru untuk mencapai tujuan pendidikan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Prinsip Coaching

  Prinsip Coaching Definisi  coaching  menurut ICF ( International Coaching Federation ) adalah “Hubungan kemitraan dengan klien, dalam su...