22 Juni 2022

3.3.a.5. Ruang Kolaborasi - Kelompok Mandiri

 

"Kebersamaan itu seperti permulaan, kemudian menjaga kebersamaan merupakan kemajuan dan bekerja bersama merupakan keberhasilan." 

- Henry Ford -


Tujuan Pembelajaran Khusus: Berdasarkan pemahaman mereka terhadap konsep kepemimpinan murid,  CGP akan bekerja dalam kelompok  membuat gambaran umum sebuah program/kegiatan sekolah yang mempromosikan suara, pilihan, kepemilikan murid.

Pertanyaan Pemantik

  1. Sejauh mana pemahaman saya tentang konsep kepemimpinan murid telah berubah?
  2. Bagaimana kolaborasi dapat membantu saya memahami proses perencanaan program atau kegiatan yang menumbuhkan kepemimpinan murid?
  3. Gagasan apa saja yang saya miliki untuk menginisiasi program atau kegiatan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid?

Bapak/Ibu, kita telah memasuki tahapan pembelajaran yang keempat. Kami berharap, Bapak/ibu sudah semakin memiliki pemahaman yang semakin baik terkait dengan konsep kepemimpinan murid. Di tahapan belajar yang keempat ini, Bapak/Ibu akan mulai menggunakan pengetahuan dan pemahaman bapak Ibu tersebut untuk mencoba membayangkan sebuah program atau kegiatan sekolah yang secara sengaja dirancang untuk mendorong tumbuhnya kepemimpinan murid. Kami berharap bapak/Ibu dapat terlibat secara aktif dalam diskusi dengan rekan-rekan CGP yang lain dalam proses ini.

Berikut adalah beberapa tahapan kegiatan yang akan lakukan pada kegiatan ini:

    1. ekerja dalam kelompok diskusi terdiri dari 4 – 5 peserta yang heterogen. (Pembagian kelompok dapat disesuaikan dengan pembagian kelompok yang dilakukan di modul 3.2)
    2. Menentukan jenis kegiatan atau program sekolah yang ingin dikembangkan, baik intra, ko, atau ekstra kurikuler. 
    3. Menentukan jenjang yang ingin menjadi target.
    4. Melihat kembali 7 karakteristik lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid.
    5. Memilih minimal satu (boleh memilih lebih dari 1) karakteristik lingkungan yang ingin Bapak/Ibu bangun. Misalnya: Saya ingin membangun lingkungan sekolah yang mengembangkan keterampilan berinteraksi sosial secara positif, arif, dan bijaksana.
    6. Mendiskusikan bersama kelompok, kira-kira program atau kegiatan apa yang bisa dibuat untuk mengembangkan keterampilan berinteraksi secara positif, arif, dan bijaksana. Karena tahapan ini masih dalam batas curah ide dan gagasan, jangan ragu-ragu untuk menyampaikan gagasan yang bapak/ibu miliki. Jika bingung, Bapak/ibu juga bisa menggunakan program yang sudah berlangsung saat ini di sekolah, yang menurut pendapat Bapak/ibu dapat mengembangkan lingkungan belajar yang diinginkan tersebut.

      Sebagai contoh, satu kegiatan atau program yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan berinteraksi secara positif, arif, dan bijaksana adalah melalui program “Membaca untuk Adik Kelas.” Tahap awal yang dilakukan adalah menjabarkan apa, bagaimana, dan mengapa program itu dilakukan.

      Apa  (Tuliskan judul deskriptif singkat untuk program/kegiatan kelompok Bapak/Ibu. Berikan ringkasan umum program atau kegiatan Bapak/Ibu. Pastikan untuk menyertakan tujuan).
      -  Program “Membaca untuk Adik Kelas”.  
      -  Membaca untuk Adik Kelas” ini adalah sebuah program ko-kurikuler yang disamping memiliki tujuan untuk mengembangkan kecintaan membaca, namun juga menciptakan interaksi yang positif antara murid-murid.

      Bagaimana (Berikan ringkasan tentang bagaimana program/kegiatan ini akan dijalankan)
      - Kegiatan membaca ini akan dilakukan pada jam istirahat atau jam-jam lain yang disepakati bersama dengan murid dan guru. 
      - Program ini adalah program terjadwal dimana setiap minggu sekali, setiap murid di kelas 4-6 akan secara rutin membaca bersama satu orang adik kelasnya (dari Kelas 1-3) selama 10 menit. 
      - Selain kakak kelas yang membacakan buku kepada adiknya, kakak kelas juga akan mendapatkan (memanen) umpan balik dari adik kelas yang dibacakan buku
      Mengapa (jelaskan alasan mengapa kelompok Anda memilih program ini): 
      - Memberikan kesempatan murid untuk semakin sering berinteraksi secara positif dengan adik kelas atau kakak kelas mereka.
      - Murid akan belajar membangun interaksi yang positif. Lewat interaksi ini, selain belajar membaca atau meningkatkan keterampilan membaca. 
      - Adik kelas dapat belajar sikap menghargai dan kakak kelas belajar mengayomi adik kelas sehingga diharapkan tercipta interaksi sosial yang positif.

    7. Buatlah sebuah diagram Y. Tandai setiap bagian dari diagram tersebut dengan: suara/pilihan/kepemimpinan. Di setiap bagiannya, silahkan diskusikan bagaimana strategi yang akan bapak/Ibu pilih untuk mendorong suara/pilihan/kepemimpinan murid terkait dengan program “Membaca untuk Adik Kelas” ini. Pastikan proses diskusi bersama rekan-rekan CGP lainnya memberikan kesempatan bagi Bapak/Ibu untuk mengeksplorasi berbagai cara atau kemungkinan untuk mendorong munculnya suara/pilihan/kepemilikan murid. 


    8. Setelah itu, deskripsikanlah program “Membaca untuk Adik Kelas” secara singkat dengan jelas agar orang lain dapat memahami program tersebut (sesuai dengan contoh yang diberikan pada poin 6 di atas). Bapak/Ibu dapat membuat deskripsi ini dalam bentuk narasi/ ppt/paragraf atau bentuk lain yang diinginkan.
    9. Karena tahapan ini masih dalam bentuk gagasan, bapak/ibu tidak perlu memikirkan aspek teknis pembuatan sebuah program agar Bapak dan Ibu dapat lebih bebas, kreatif, dan inovatif dalam menuangkan gagasan.
    10. Hasil perencanaan program yang berdampak diunggah oleh masing-masing anggota kelompok di bagian Unggah Hasil Ruang Kolaborasi dan kemudian presentasikanlah hasil kerja kelompok Anda kepada kelompok lain.  
    11. Jadwal presentasi akan ditentukan oleh fasilitator.
    12. Pada saat kelompok lain melakukan presentasi, Bapak/Ibu akan diminta untuk memberikan komentar atau saran perbaikan kepada kelompok lain. 
    13. Berikut ini adalah panduan yang dapat digunakan untuk memberikan komentar atau saran terhadap presentasi kelompok lain:
      • Apa yang paling menarik dari presentasi yang disampaikan oleh kelompok tersebut?
      • Menurut Anda,apakah gagasan program yang disampaikan dapat diimplementasikan?
      • Berikan ide/saran yang dapat membantu pelaksanaan gagasan program kelompok tersebut (menjadi lebih baik).

    Sumber: LMS Guru Penggerak Angkatan 4 

    21 Juni 2022

    PERAN PENGAWAS SEKOLAH SEBAGAI PEMBERDAYA

     

    Peraturan Menteri PAN dan RB No. 21 Tahun 2010 pasal 5 menyatakan bahwa: “Tugas pokok Pengawas Sekolah adalah melaksanakan tugas pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan yang meliputi penyusunan program pengawasan, pelaksanaan pembinaan, pemantauan pelaksanaan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan, penilaian, pembimbingan dan pelatihan profesional guru, evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan, dan pelaksanaan tugas kepengawasan di daerah khusus”.

    Sasaran pengawasan (supervisi) akademik adalah kinerja guru dalam pembelajaran sedangkan sasaran pengawasan (supervisi) manajerial yaitu kinerja kepala sekolah dalam mengelola satuan pendidikan yang dipimpinnya. Sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP), supervisi akademik meliputi standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, dan standar penilaian; sedangkan supervisi manajerial meliputi standar tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan.

    Berdasarkan Permendikbud Nomor 15 Tahun 2018 “supervisi terhadap guru (akademik) dan tenaga kependidikan merupakan tugas kepala sekolah”. Oleh karena itu supervisi yang dilakukan oleh pengawas sekolah adalah memastikan kepala sekolah melaksanakan supervisi terhadap guru dalam pembelajaran yang berpihak pada murid.

    Dalam melaksanakan supervisi ada beberapa model supervisi yang dapat dipertimbangkan oleh pengawas sekolah. Menurut Sahertian (2010) ada empat model supervisi, yaitu model konvensional, model ilmiah, model klinis, dan model artistik.

    1.     Supervisi yang Konvesional (Tradisional) 

    Model ini adalah model supervisi yang hanya untuk mengkoreksi kesalahan orang lain yang dilakukan supervisor dalam membimbing, oleh karena itu model ini sangat bertentangan dengan prinsip dan tujuan supervisi pendidikan.

    2.     Model Supervisi yang Bersifat Ilmiah 

    Supervisi yang bersifat ilmiah memiliki ciri-ciri: dilaksanakan secara terencana dan kontinu, sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu, menggunakan instrumen pengumpulan data, dan ada sumber data yang objektif yang diperoleh dari keadaan yang riil.

     

    3.     Model Supervisi Klinis 

    Supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. Supervisi klinis adalah proses membantu guru-guru memperkecil kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal. Oleh karena itu supervisi klinis bertujuan membantu pengembangan profesional guru dalam pembelajaran melalui observasi dan analisis data secara objektif, teliti sebagai dasar untuk usaha mengubah perilaku mengajar guru. Dalam konteks supervisi klinis ini, pengawas sekolah melakukan supervisi untuk memastikan kepala sekolah melaksanakan supervisi klinis yang memberdayakan guru mengajar dengan melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. Supervisi klinis adalah proses membantu guru-guru memperkecil kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal. Oleh karena itu supervisi klinis bertujuan membantu pengembangan profesional guru dalam pembelajaran melalui observasi dan analisis data secara objektif, teliti sebagai dasar untuk usaha mengubah perilaku mengajar guru. Dalam konteks supervisi klinis ini, pengawas sekolah melakukan supervisi untuk memastikan kepala sekolah melaksanakan supervisi klinis yang memberdayakan guru.

    4.     Model Supervisi Artistik 

    Supervisor yang mengembangkan model artistik akan menampakan dirinya dalam relasi dengan guru-guru yang dibimbing sedemikian baiknya sehingga para guru merasa diterima. Adanya perasaan aman dan dorongan positif untuk berusaha maju. Sikap seperti mau belajar mendengarkan perasaan orang lain, mengerti orang lain dengan problema-problema yang dikemukakan, menerima orang lain sebagaimana adanya, sehingga orang dapat menjadi dirinya sendiri itulah supervisi artistik. Dalam supervisi artistik, pengawas sekolah menjalin hubungan yang baik dengan kepala sekolah untuk memastikan kepala sekolah melaksanakan supervisi artistik yang memberdayakan guru untuk maju dalam relasi dengan guru-guru yang dibimbing sedemikian baiknya sehingga para guru merasa diterima. Adanya perasaan aman dan dorongan positif untuk berusaha maju. Sikap seperti mau belajar mendengarkan perasaan orang lain, mengerti orang lain dengan problema-problema yang dikemukakan, menerima orang lain sebagaimana adanya, sehingga orang dapat menjadi dirinya sendiri itulah supervisi artistik. Dalam supervisi artistik, pengawas sekolah menjalin hubungan yang baik dengan kepala sekolah untuk memastikan kepala sekolah melaksanakan supervisi artistik yang memberdayakan guru untuk maju.

     

    Tupoksi Pengawas Sekolah

     Permen PAN dan RB no. 21 Tahun 2010 pasal 5, tugas pokok pengawas sekolah adalah melaksanakan tugas pengawasan akademik dan managerial pada satuan pendidikan yang meliputi penyusunan program pengawasan, pelaksanaan pembinaan, pemantauan pelaksanaan delapan standar nasional pendidikan, penilaian, pembimbingan dan pelatihan profesional guru, evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan dan pelaksanaan tugas kepengawasan di daerah khusus. Rincian tugas pokok di atas sesuai dengan jabatan pengawas sekolah adalah sebagai berikut :

    1. Pengawas Sekolah Muda;
    a. Menyusun program pengawasan.
    b. Melaksanakan pembinaan guru.
    c. Memantau pelaksanaan standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar penilaian.
    d. Melaksanakan penilaian kinerja guru.
    e. Melaksanakan evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan pada sekolah binaan.
    f. Menyusun program pembimbingan dan pelatihan profesional guru di KKG/MGMP/MGP dan sejenisnya.
    g. Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru.
    h. Mengevaluasi hasil pembimbingan dan pelatihan profesional guru.

    2. Pengawas Sekolah Madya
    a. Menyusun program pengawasan.
    b. Melaksanakan pembinaan guru dan/atau kepala sekolah.
    c. Memantau pelaksanaan standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan.
    d. Melaksanakan penilaian kinerja guru dan/atau kepala sekolah.
    e. Melaksanakan evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan pada sekolah binaan.
    f. Menyusun program pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan/atau kepala sekolah di KKG/MGMP/MGP dan/atau KKS/MKKS dan sejenisnya.
    g. Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan/atau kepala sekolah.
    h. Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan kepala sekolah dalam menyusun program sekolah, rencana kerja, pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan sekolah dan sistem informasi dan manajemen.
    i. Mengevaluasi hasil pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan/atau kepala sekolah.
    j. Membimbing pengawas sekolah muda dalam melaksanakan tugas pokok.

    3. Pengawas Sekolah Utama;

    a. Menyusun program pengawasan.
    b. Melaksanakan pembinaan guru dan kepala sekolah.
    c. Memantau pelaksanaan standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan.
    d. Melaksanakan penilaian kinerja guru dan kepala sekolah.
    e. Melaksanakan evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan pada sekolah binaan.
    f. Mengevaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan tingkat kabupaten/kota atau provinsi.
    g. Menyusun program pembinaan dan pelatihan profesional guru dan kepala sekolah di KKG/MGMP/MGP dan/atau KKS/MKKS dan sejenisnya.
    h. Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan kepala sekolah.
    i. Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan kepala sekolah dalam menyusun program sekolah, rencana kerja, pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan sekolah, dan sistem informasi dan manajemen.
    j. Mengevaluasi hasil pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan kepala sekolah.
    k. Membimbing pengawas sekolah muda dan pengawas sekolah madya dalam melaksanakan tugas pokok.
    l. Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan kepala sekolah dalam pelaksanaan penelitian tindakan.

    Pada intinya, tugas pokok pengawas sekolah, antara lain (1) menyusun program pengawasan sekolah; (2) memantau pelaksanaan delapan standar; (3) menilai administrasi, akademis, dan fungsional; (4) melakukan pengawasan di daerah khusus. Daerah khusus adalah daerah yang terpencil atau terbelakang, daerah dengan kondisi masyarakat adat yang terpencil, daerah perbatasan dengan negara lain, daerah yang mengalami bencana alam, bencana sosial atau daerah yang berada dalam keadaan darurat lain. Tugas pokok tersebut diarahkan untuk mengawasi kinerja guru dalam pembelajaran dan kinerja kepala sekolah dalam mengelola pendidikan.

    Pengawasan
    – Pelaksanaan kurikulum mata pelajaran.
    – Proses pembelajaran/ praktikum/studi lapangan
    – Kegiatan ekstrakulikuler
    – Penggunaan media,alat bantu, dan sumber belajar.
    – Kemajuan belajar siswa
    – Lingkungan belajar
    – Pelaksanaan kurikulum sekolah
    – Penyelenggaraan administrasi sekolah
    – Kinerja kepala sekolah dan staf sekolah
    – Kemajuan pelaksanaan pendidikan di sekolah
    – Kerjasama sekolah dengan masyarakat

    Advising/ Menasehati
    – Menasihati guru dalam pembelajaran/bimbingan yang efektif
    – Guru dalam meningkatkan kompetensi profesional
    – Guru dalam melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar
    – Guru dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas
    – Guru dalam meningkatkan kompetensi pribadi, sosial dan paedagogik
    – Kepala sekolah di dalam mengelola pendidikan
    – Kepala sekolah dalam melaksanakan inovasi pendidikan
    – Kepala sekolah dalam peningkatan kemampuan profesional kepala sekolah
    – Menasihati staf sekolah dalam melaksanakan tugas administrasi sekolah
    – Kepala sekolah dan staf dalam kesejahteraan sekolah

    Monitoring/ Memantau

    – Ketahanan pembelajaran
    – Pelaksanaan ujian mata pelajaran
    – Standar mutu hasil belajar siswa
    – Pengembangan profesi guru
    – Pengadaan dan pemanfaatan sumber-sumber belajar

    – Penyelenggaraan kurikulum
    – Administrasi sekolah
    – Manajeman sekolah
    – Kemajuan sekolah
    – Pengembangan SDM sekolah
    – Penyelenggaraan ujian sekolah
    – Penyelenggaraan penerimaan siswa baru

    Coordinating/Mengkoordinasi

    – Pelaksanaan inovasi pembelajaran
    – Pengadaan sumber-sumber belajar
    – Kegiatan peningkatan kemampuan profesi guru
    – Mengkoordinasi peningkatan mutu SDM sekolah
    – Penyelenggaraan inovasi di sekolah
    – Mengkoordinasi akreditasi sekolah
    – Mengkoordinasi kegiatan sumber daya pendidikan

    Reporting

    – Kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran
    – Kemajuan belajar siswa
    – Pelaksanaan tugas kepengawasan akademik
    – Kinerja kepala sekolah
    – Kinerja staf sekolah
    – Standar mutu pendidikan
    – Inovasi pendidikan

    Sumber : Sudrajat dalam http://akhmadsudrajat…-pendidikan/. dalam barnawi (2014)” jelasnya.

    Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 57 tentang Standar Nasional Pendidikan, supervisi dilakukan secara teratur dan berkesinambungan oleh pengawas sekolah. Penyusunan program supervisi difokuskan pada pembinaan kepala sekolah dan guru, pemantauan delapan standar nasional pendidikan, dan penilaian kinerja kepala sekolah dan guru. Untuk menjalankan tugas pokoknya, pengawas sekolah melaksanakan fungsi supervisi, yaitu supervisi manajerial dan supervisi akademik.

    Supervisi Akademik
    Supervisi akademik adalah fungsi supervisi yang berkenaan dengan aspek pembinaan dan pengembangan kemampuan profesional guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran dan bimbingan di sekolah. Hal tersebut dapat dilalaksanakan melalui kegiatan tatap muka atau non tatap muka, melalui kegiatan sebagai berikut :
    1. Pembinaan;
    a. Tujuan :
    1) Meningkatkan pemahaman kompetensi guru terutama kompetensi pedagogik dan kompetensi profesionalisme (Tupoksi guru, Kompetensi guru, pemahaman kurikulum)
    2) Meningkatkan kemampuan guru dalam pengimplementasian Standar isi, standar proses, standar kompetensi kelulusan dan standar penilaian (pola pembelajaran KTSP, pengembangan silabus dan RPP, pengembangan penilaian, pengembangan bahan ajar dan penulisan butir soal)
    3) Meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun Penelitian Tindakan Kela (PTK)

    b. Ruang Lingkup :
    1) Melakukan pendampingan dalam meningkatkan kemampuan guru menyusun administrasi perencanaan pembelajaran/program bimbingan
    2) Melakukan pendampingan dalam meningkatkan kemampuan guru dalam proses pelaksanaan pembelajaran/bimbingan
    3) Melakukan pendampingan membimbing guru dalam meningkatkan kemampuan melaksanakan penilaian hasil belajar peserta didik
    4) Melakukan pendampingan dalam meningkatkan kemampuan guru menggunakan media dan sumber belajar
    5) Memberikan masukan kepada guru dalam memanfaatkan llingkungan dan sumber belajar
    6) Memberikan rekomendasi kepada guru mengenai tugas membimbing dan melatih peserta didik
    7) Memberi bimbingan kepada guru dalam menggunakan tehnologi informasi dan komunikasi untuk pembelajaran
    8) Memberi bimbingan kepada guru dalam pemanfaatan hasil penilaian untuk perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran/pembimbingan
    9) Memberikan bimbingan kepada guru untuk melakukan refleksi hasil-hasil yang dicapainya

    c. Pemantauan pelaksanaan standar isi, standar kompetensi lulusan, standar proses, dan standar penilaian


    d. Penilaian (Kinerja Guru) :
    1) Merencanakan pembelajaran
    2) Melaksanakan pembelajaran
    3) Menilai hasil pembelajaran
    4) Membimbing dan melatih peserta didik
    5) Melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja guru

    Supervisi Manajerial
    Supervisi manajerial atau pengawasan manajerial merupakan fungsi supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi dan efektifitas sekolah yang mencangkup perencanaan, koordinasi, pelaksanaan, penilaian, pengembangan kompetensi sumber daya tenaga pendidik, dan kependidikan (Sudjana dkk, 2011:21). Sasaran supervisi manajerial adalah membantu kepala sekolah dan staf sekolah lainnya dalam mengelola administrasi pendidikan, seperti :
    1. Administrasi kurikulum
    2. Administrasi keuangan
    3. Administrasi sarana prasarana/perlengkapan
    4. Administrasi personal atau ketenagaan
    5. Administrasi kesiswaan
    6. Administrasi hubungan sekolah dan masyarakat
    7. Administrasi budaya dan lingkungan sekolah
    8. Aspek-aspek administrasi lainnya dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.

    Sudjana dan kawan kawan (2011:22) mengemukakan bahwa kegiatan pengawas sekolah dalam supervisi manajerial sebagai berikut :

    1. Pembinaan;
    a. Tujuan
    Tujuan pembinaan kepala sekolah yaitu peningkatan pemahaman dan pengimplementasian kompetensi yang dimiliki oleh kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari untuk mencapai Standar Nasional Pendidikan (SNP)
    b. Ruang Lingkup
    1) Pengelolaan sekolah yang meliputi penyusunan program sekolah berdasarkan SNP, baik rencana kerja tahunan maupun rencana kerja 4 tahunan, pelaksanaan program, pengawasan dan evaluasi internal, kepemimpinan sekolah dan sistem informasi manajeman
    2) Membantu kepala sekolah melakukan evaluasi diri sekolah (EDS) dan merefleksikan hasil-hasilnya dalam upaya penjaminanmutu pendidikan.
    3) Mengembangkan perpustakaan dan laboratorium serta sumber-sumber belajar lainnya.
    4) Kemampuan kepala sekolah dalam membimbing pengembangan program bimbingan konseling
    5) Melakukan pendampingan terhadap kepala sekolah dalam pengelolaan dan administrasi sekolah (supervisi manajerial) yang meliputi :
    a) Memberikan masukan dalam pengelolaan dan administrasi kepala sekolah berdasarkan manajemen peningkatan mutu pendidikan di sekolah
    b) Melakukan pendampingan dalam melaksanakan bimbingan konseling di sekolah
    c) Memberikan bimbingan kepada kepala sekolah untuk melakukan refleksi hasil-hasil yang dicapainya

    2. Pemantauan
    Pelaksanaan standar nasional pendidikan di sekolah dan memanfaatkan hasil-hasilnya untuk membantu kepala sekolah mempersiapkan akreditasi sekolah

    3. Penilaian
    Penilaian kinerja kepala sekolah tentang pengelolaan sekolah sesuai dengan standar nasional pendidikan
    Hasil penilaia pengawas sekolah tidak dibiarkan begitu saja, tetapi perlu dipelajari secara seksama untuk merancang tindak lanjut yang tepat. Menurut Sudjana dkk. (2011:23), untuk meningkatkan profesionalisme kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya maka ditindaklanjuti dengan kegiatan bimbingan dan pelatihan kepala sekolah dengan tahapan sebagai berikut :
    1. Menyusun program pembimbingan dan pelatihan profesional kepala sekolah di KKKS/MKKS dan sejenisnya
    2. Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional kepala sekolah.
    3. Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan kepala sekolah dalam menyusun program sekolah, rencana kerja, pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan sekolah, dan sistem informasi dan manajemen.
    4. Mengevaluasi hasil pembimbingan dan pelatihan profesional kepala sekolah
    5. Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional kepala sekolah dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas/sekolah

    Dalam melaksanakan fungsi supervisi manajerial, pengawas sekolah berperan sebagai fasilisator, asesor, informan, dan evaluator. Sebagai fasilisator, pengawas sekolah menciptakan lingkungan yang kondusif untuk mendukung proses perencanaan, koordinasi, dan pengembangan tata kelola sekolah.

    Sebagai asesor, pengawas sekolah melakukan identifikasi dan analisis terhadap aspek kekuatan dan kelemahan sekolah. Sebagai informan, pengawas sekolah memberikan berbagai informasi yang dibutuhkan untuk mengembangkan kualitas sekolah. Sementara sebagai evaluator, pengawas sekolah memberikan penilaian terhadap berbagai aspek yang mempengaruhi kualitas manajerial sekolah

    20 Juni 2022

    PANDUAN PENGEMBANGAN KURIKULUM OPERASIONAL di SATUAN PENDIDIDKAN

     


    PETA KONTEN DALAM MEMAHAMI PENGIMPLEMENTASIAN KURIKULUM MERDEKA

    Langkah 1 Memahami garis besar Kurikulum Merdeka

    • Regulasi mengenai Kurikulum Merdeka yang berlaku
    • Kajian Akademik Kurikulum untuk Pemulihan Pembelajaran

    Langkah 2 Memahami Pembelajaran dan Asesmen
    Panduan Pembelajaran dan Asesmen
    • Prinsip pembelajaran dan asesmen
    • Pembelajaran sesuai dengan tahapan peserta didik
    • Perencanaan pembelajaran dan asesmen (termasuk alur tujuan pembelajaran)
    • Merencanakan pembelajaran
    • Pengolahan dan pelaporan hasil asesmen

    Langkah 3 Memahami pengembangan kurikulum operasional satuan pendidikan dalam Kurikulum Merdeka
    Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan
    • Analisis karakteristik satuan pendidikan
    • Penyusunan visi, misi, dan tujuan satuan pendidikan
    • Pengorganisasian Pembelajaran
    • Perencanaan Pembelajaran
    • Pendampingan, evaluasi, dan pengembangan profesional

    Langkah 4 Memahami pengembangan projek penguatan profl pelajar Pancasila
    Panduan Pengembangan Projek Penguatan Profl Pelajar Pancasila
    • Menyiapkan ekosistem sekolah
    • Mendesain projek penguatan profl pelajar Pancasila
    • Mengelola projek penguatan profl pelajar Pancasila
    • Mengolah asesmen dan melaporkan hasil projek penguatan profl pelajar Pancasila
    • Evaluasi dan tindak lanjut projek penguatan profl pelajar Pancasila

    Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan
    Panduan pengembangan kurikulum operasional di satuan pendidikan merupakan dokumen yang berisi prinsip dan contoh strategi untuk memandu satuan pendidikan mengembangkan kurikulum operasionalnya. Kurikulum operasional dikembangkan dan dikelola dengan mengacu kepada struktur kurikulum dan standar yang ditetapkan oleh Pemerintah dan menyelaraskannya dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik, satuan pendidikan, dan daerah. Dalam menyusun kurikulum operasional, satuan pendidikan diberikan wewenang untuk menentukan format dan sistematika penyusunannya. Panduan meliputi komponen minimal yang ditetapkan oleh Kementerian dalam regulasi yang mengatur Struktur Kurikulum Merdeka dan satu komponen tambahan, yaitu pendampingan, evaluasi, dan pengembangan profesional yang dapat dilaksanakan oleh satuan pendidikan yang siap untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang berkelanjutan. Panduan ini digunakan bersama dengan dokumen-dokumen terkait, di antaranya:
    Panduan Asesmen dan Pembelajaran dan Panduan Pengembangan Projek Penguatan Profl Pancasila. Dokumen-dokumen tersebut diharapkan dapat dibaca dan dipelajari dengan seksama sebagai penunjang pengembangan kurikulum operasional di satuan pendidikan.

    Cara Menggunakan Panduan

    Panduan pengembangan ini dibuat untuk membantu satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum operasional yang kontekstual dan relevan bagi satuan pendidikan, terutama bagi peserta didik dalam mencapai profl pelajar Pancasila dan Capaian Pembelajaran yang mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan (Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak untuk PAUD).

    Prinsip dokumen ini bertujuan untuk membantu proses berpikir dalam menyusun kurikulum operasional di satuan pendidikan. Panduan ini memberikan gambaran mengenai prinsip-prinsip dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kurikulum operasional, serta tahapan pembelajaran. Tahapan pembelajaran dibuat dengan tujuan untuk memberikan gambaran bagi  satuan pendidikan bahwa penyusunan dan pelaksanaan kurikulum operasional dapat dilakukan sesuai kesiapan dan kondisi masingmasing satuan pendidikan. Panduan ini juga  berisi contoh-contoh strategi dan alat yang bisa dijadikan inspirasi pengembangan. Akan tetapi, satuan pendidikan memiliki kebebasan untuk mengembangkan dengan cara lain selama selaras dengan tujuan utama dari kurikulum operasional di satuan pendidikan.

    Sasaran Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan

    1. Kepala satuan pendidikan dapat menggunakan dokumen ini untuk memimpin dan melibatkan berbagai pemangku kepentingan dalam pengembangan kurikulum operasional yang kontekstual dan memenuhi kebutuhan belajar peserta didik. Sebagai pemimpin proses belajar di satuan pendidikan, kepala satuan pendidikan perlu melakukan re?eksi sebagai bagian aktivitas sehari-hari. Proses re?eksi menjadi budaya dan kebiasaan yang dilakukan secara personal dan sebagai bagian diskusi dengan seluruh anggota satuan pendidikan.

    2. Pendidik dapat menggunakan dokumen ini untuk mengembangkan kurikulum yang diadaptasi sesuai dengan kebutuhan dan harapan peserta didik yang beragam di dalam satuan pendidikan. Sebagai fasilitator proses belajar peserta didik di kelas, pendidik perlu mengembangkan rencana pembelajaran, kemajuan pembelajaran (learning progression), dan asesmen yang dapat memberikan umpan balik efektif dan melibatkan peserta didik.

    3. Dinas Pendidikan dapat menggunakan dokumen ini untuk memberi bimbingan bagi satuan pendidikan dalam proses pengembangan kurikulum operasional yang sesuai dengan kondisi riil satuan pendidikan.

    4. Pengawas atau penilik diharapkan dapat mendorong tiap satuan pendidikan di bawah binaannya untuk mengembangkan kurikulum operasional secara kreatif dan inovatif yang dijadikan sebagai referensi tiap anggota satuan pendidikan dalam perencanaan pembelajaran dan mencerminkan pembelajaran yang dapat mengembangkan kompetensi peserta didik dan pencapaian profl pelajar Pancasila. Pengembangan kurikulum operasional tidak seharusnya menekankan pada pemenuhan aturan administrasi yang seragam.

    Acuan Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan

    Sekilas penjelasan mengenai dokumen yang menjadi rujukan dalam mengembangkan kurikulum operasional di satuan pendidikan.

    sebagaimana yang dimaksud pada regulasi yang mengatur struktur Kurikulum Merdeka disusun berdasarkan:

    a. Kerangka dasar dan struktur yang ditetapkan secara nasional; dan

    b. Visi, misi, dan karakteristik satuan pendidikan

    Standar Nasional Pendidikan

    Standar Nasional Pendidikan yang menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum sebagaimana yang dimaksud pada regulasi yang mengatur struktur Kurikulum Merdeka meliputi:

    a. Standar kompetensi lulusan;

    b. Standar isi;

    c. Standar proses; dan

    d. Standar penilaian pendidikan.

    Struktur Kurikulum

    Struktur Kurikulum yang ditetapkan oleh Pemerintah menjadi acuan satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum menuju tercapainya profl pelajar Pancasila dapat ditambahkan dengan kekhasan satuan pendidikan sesuai dengan visi, misi, dan tujuan satuan pendidikan. Struktur kurikulum ini berisi kegiatan intrakurikuler dan projek penguatan profl pelajar Pancasila. Khusus SMK ditambah dengan Praktik Kerja Lapangan (PKL), serta tema kebekerjaan sebagai wadah untuk penguatan profl pelajar Pancasila. Khusus SLB ditambah dengan Keterampilan Pilihan dan Program Kebutuhan Khusus dan magang untuk SMALB

    Prinsip penyusunan kurikulum operasional di satuan pendidikan:

    1. Berpusat pada peserta didik, yaitu pembelajaran harus memenuhi keragaman potensi, kebutuhan perkembangan dan tahapan belajar, serta kepentingan peserta didik.

    2. Kontekstual, menunjukkan kekhasan dan sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan, konteks sosial budaya dan lingkungan, serta dunia kerja dan industri (khusus SMK), dan menunjukkan karakteristik atau kekhususan peserta didik berkebutuhan khusus (khusus SLB).

    3. Esensial, yaitu memuat semua unsur informasi penting/utama yang dibutuhkan dan digunakan di satuan pendidikan. Bahasa yang digunakan lugas, ringkas, dan mudah dipahami.

    4. Akuntabel, dapat dipertanggungjawabkan karena berbasis data dan aktual.

    5. Melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Pengembangan kurikulum satuan pendidikan melibatkan komite satuan pendidikan dan berbagai pemangku kepentingan, antara lain orang tua, organisasi, berbagai sentra, serta industri dan dunia kerja untuk SMK, di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agama sesuai dengan kewenangannya.

    Proses Penyusunan Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan

    Bagi Satuan Pendidikan yang belum pernah menyusun Kurikulum Oprasional di Satuan Pendidikan

    1. Apakah satuan pendidikan sudah memiliki inspirasi kurikulum operasional di satuan pendidikan?

    2. Apakah satuan pendidikan telah memiliki visi dan misi?

    3. Siapa yang akan memfasilitasi dan terlibat di dalam penyusunan ini?

    4. Apakah akan dilakukan pembahasan kurikulum operasional oleh pemangku kepentingan internal? (kepala satuan pendidikan dan pendidik)

    5. Apakah akan dilakukan pembahasan kurikulum operasional di satuan pendidikan oleh pemangku kepentingan eksternal? (meliputi: orang tua, komite satuan pendidikan dan pemangku kepentingan lainnya yaitu, organisasi, berbagai sentra, serta mitra dunia kerja untuk SMK)? Penyusunan Dokumen

    Proses penyusunan kurikulum operasional bersifat:

    1. TETAP (mengacu kepada kerangka dasar kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah pusat), dan

    2. FLEKSIBEL/DINAMIS (mengembangkan kurikulum operasional berdasarkan kerangka dan struktur kurikulum, sesuai karakteristik dan kebutuhan satuan pendidikan).


    Selanjutnya Langkah-langkah Penyusunan Kurikulum Operasional dapat dilihat pada PANDUAN PENGEMBANGAN KURIKULUM OPERASIONAL di SATUAN PENDIDIDKAN yang dapat di UNDUH DISINI

    19 Juni 2022

    Panduan Pelaksanaan In House Training (IHT) Sekolah Penggerak

     


    A. Latar Belakang

    Pada masa pandemi Covid-19, krisis pembelajaran yang ada menjadikan pendidikan semakin tertinggal dengan hilangnya pembelajaran (learning loss) dan meningkatnya kesenjangan pembelajaran antar wilayah dan antar kelompok sosial-ekonomi. Untuk memulihkan pembelajaran paska pandemi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) meluncurkan Merdeka Belajar Episode Kelima belas: Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar sebagai perwujudan dari Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 56/M/2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran. 

    Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Kurikulum merdeka merupakan salah satu pilihan dalam upaya pemulihan pembelajaran bagi satuan pendidikan. Implementasi Kurikulum Merdeka diperuntukkan kepada Satuan Pendidikan yang mendaftar untuk mengimplementasikan kurikulum merdeka dan satuan pendidikan sebagai pelaksana Program Sekolah Penggerak.

    Program Sekolah Penggerak adalah program untuk mendorong proses transformasi satuan pendidikan agar dapat meningkatkan capaian hasil belajar peserta didik secara holistik baik dari aspek kompetensi kognitif (literasi dan numerasi) maupun non-kognitif (karakter) untuk mewujudkan profil pelajar

    Dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 371/M/2021 tentang Program Sekolah Penggerak, menyebutkan bahwa tujuan Program Sekolah Penggerak adalah meningkatkan kompetensi dan karakter yang sesuai dengan profil pelajar Pancasila, menjamin pemerataan kualitas pendidikan melalui program peningkatan kapasitas kepala sekolah yang mampu memimpin satuan pendidikan dalam mencapai pembelajaran yang berkualitas, membangun ekosistem pendidikan yang lebih kuat yang berfokus pada peningkatan kualitas, serta menciptakan iklim kolaboratif bagi para pemangku kepentingan di bidang pendidikan baik pada lingkup sekolah, pemerintah daerah, maupun pusat. Untuk mencapai tujuan tersebut, intervensi pada tingkat satuan pendidikan dilakukan dengan menguatkan sumber daya manusia (SDM) sekolah melalui pelatihan dan pendampingan.

    Pelatihan dan pendampingan pada Program Sekolah Penggerak tahun 2022 mencakup tentang pembelajaran, perencanaan berbasis data, dan digitalisasi sekolah. Pelatihan pada skema program sekolah penggerak mencakup:

      1. Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan

      2. Pembelajaran dan asesmen yang berprinsip pada pembelajaran berdiferensiasi (differentiated learning) atau Teaching at The Right Level (TaRL).

      3. Perencanaan projek penguatan profil pelajar pancasila agar guru mampu mengelola projek penguatan profil pelajar Pancasila untuk mencapai karakter siswa dengan profil pelajar pancasila

      4. Perencanaan berbasis data agar kepala sekolah dan guru dapat membuat perencanaan sesuai dengan prinsip, tujuan dan metode dari perencanaan berbasis data,

      5. Pemanfaatan platform teknologi prioritas untuk mendukung proses pembelajaran

    Intervensi yang dilakukan di atas, akan membawa dampak pada peningkatan kapasitas Guru dan Kepala Sekolah yang mensyaratkan 2 (dua) hal, yaitu: pertama, keterlibatan aktif seluruh unsur dalam program sekolah penggerak dan kedua, perlunya metode pelatihan yang mudah diterima oleh Komite Pembelajaran (Kepala sekolah, Pengawas sekolah dan Guru di setiap sekolah penggerak.

    Mengingat pentingnya penggunaan metode yang tepat dan posisi strategis komite pembelajaran sebagai stimulan dan inisiator perubahan di lingkungan sekolah, setelah mengikuti pelatihan, komite pembelajaran diharapkan melakukan pengimbasan kepada rekan guru yang belum mengikuti pelatihan melalui In-House Training (IHT) di satuan pendidikan masing-masing.

    Agar IHT dapat terselenggara secara terstandar, diperlukan panduan yang menjadi rujukan bagi SD Negeri 4 Talaga Jaya yang akan menyelenggarakan IHT.

    Selengkapnya Panduan Pelaksanaan In House Training (IHT) Sekolah Penggerak dapat di UNDUH DISINI

    SK Panitia Pelaksana  IHT   UNDUH DISINI

    SK Tim PMO Tahun 2022   UNDUH DISINI

    SK Fasilitator  Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila  Tahun2022   UNDUH DISINI

    Jadwal IHT     UNDUH DISINI

    07 Juni 2022

    Contoh Program/Kegiatan Sekolah yang Mempromosikan, suara (voice), Pilihan dan Kepemilikan Murid

     



    Untuk lebih memperdalam pemahaman Bapak/Ibu terkait dengan elemen pilihan, kepemilikan dan suara ini, silahkan Bapak/Ibu lihat beberapa contoh program atau kegiatan sekolah yang disajikan dalam narasi situasi dan video berikut ini.

    Situasi 1

    Bu Dian mengajar di Kelas 1 SD. Di awal tahun ajaran baru ia ingin melibatkan murid-muridnya mengatur sendiri ruang kelas mereka. Bu Dian ingin murid-muridnya memiliki  rasa kepemilikan terhadap kelas mereka sehingga mereka akan secara sadar menjaga dan memelihara kelasnya dengan baik. Ia kemudian meminta murid-muridnya untuk bekerja kelompok merancang layout kelas. Setiap kelompok diberikan selembar kertas dan mendiskusikan lalu memutuskan dimana mereka akan meletakkan loker, kursi, meja, tempat sampah, keranjang buku, lemari buku, meja guru, dsbnya.  Karena murid-murid kelas 1 belum bisa menulis, maka mereka boleh menggambar.  Setelah itu setiap kelompok akan menjelaskan layout kelas kelompok mereka di depan kelas. Murid-murid lain dapat memberikan pertanyaan tentang layout tersebut. Setelah semua kelompok melakukan presentasi, mereka kemudian harus memutuskan layout mana yang akan dipilih untuk diimplementasikan. Setelah dilakukan pemilihan, terpilihlah satu layout yang paling ingin diimplementasikan oleh murid di kelas tersebut. Namun, Ibu Dian lalu menyadari bahwa layout pilihan tersebut menurut kacamata dia sebagai guru sepertinya adalah layout yang “paling sulit untuk dilakukan dan paling tidak efektif”. Namun karena itu yang paling banyak dipilih, dan karena Ibu Dian ingin menghargai pilihan murid,  Ibu Dian tetap mewujudkan layout tersebut. Setelah beberapa hari mengimplementasikan layout tersebut, Ibu Dian bertanya kepada murid-muridnya “apakah menurut kalian, layout ini membantu kalian untuk belajar, bergerak dan berinteraksi dengan baik di kelas?”. Bu Dian  memberikan pertanyaan-pertanyaan reflektif untuk membantu siswa berefleksi. Ternyata murid-murid Ibu Dian juga merasa bahwa layout tersebut tidak efektif. Ada yang yang bilang tempat sampahnya ternyata kejauhan. Atau ternyata letak lemari bukunya menghalangi orang  untuk melihat ke luar jendela. Setelah melakukan refleksi, Ibu Dian lalu mengajak murid-muridnya untuk memberikan saran bagaimana agar layout kelas mereka bisa lebih efektif. Berdasarkan masukan murid-murid, di minggu berikan layout kelas mereka pun diubah kembali menjadi lebih efektif.

     Situasi 2

    Murid-murid Pak Waluyo, guru Kelas 5 SD, sedang mempelajari sebuah unit pembelajaran tentang “Pesawat Sederhana”. Mereka mempelajari tentang konsep “gaya fisika” dan berbagai alat bantu sederhana  (misalnya tuas, katrol,  bidang miring, dsb.) yang dapat memudahkan pekerjaan manusia. Mereka juga mempelajari tentang kerja pesawat sederhana. Salah satu kegiatan belajar yang dilakukan Pak Waluyo adalah mengajak murid menemukan berbagai contoh pesawat sederhana yang ada atau digunakan di sekolah mereka, misalnya seperti perosotan, jungkat-jungkit, bidang miring, dan lain-lain. Murid-murid juga diajak untuk mendiskusikan bagaimana pesawat sederhana tersebut bekerja. Mereka pun melanjutkan diskusi dan pembelajaran di kelas dengan melakukan riset, eksperimen, dsb, baik dalam bentuk kerja kelompok maupun individual. Sebagai tugas sumatif, mereka mendapatkan tugas kelompok berupa proyek merancang sebuah model alat, yang mengaplikasikan konsep-konsep terkait  pesawat sederhana untuk menyelesaikan permasalahan di sekolah mereka. Jadi murid diminta untuk mengidentifikasi permasalahan yang ingin dipecahkan, pesawat sederhana yang dapat digunakan, membuat desain modelnya dengan bahan-bahan bekas dan sederhana, kemudian mempresentasikannya. Usai sesi presentasi dan refleksi bersama, Pak Waluyo kemudian kembali mengundang murid untuk berpikir soal aksi nyata yang dapat mereka lakukan dengan pengetahuan “pesawat sederhana” yang baru saja mereka pelajari, untuk menyelesaikan permasalahan di tengah masyarakat dan lingkungan sekitar mereka. Dalam proses ini, masalah, ide, rencana, inovasi solusi, dan eksekusinya diserahkan kepada murid untuk dikerjakan secara mandiri dengan dukungan Pak Waluyo sebagai guru, dan orang tua. Dari tantangan tersebut,  ternyata kemudian muncul beberapa solusi nyata dan orisinil dari murid. Salah satunya, datang dari salah satu murid yang gemar berenang dan menjadi tim renang di klub renang dekat rumahnya. Ia mencermati bahwa balok start kolam renang di klub renang mereka terlalu miring dan  permukaannya terlalu licin, sehingga menurutnya itu tidak aman. Sang Murid kemudian menyusun penjelasan yang melandasi kekhawatirannya itu berdasarkan pemahamannya tentang friksi  gesekan dan gaya yang bekerja pada bidang miring. Ia khawatir  saat anak-anak menggunakan kolam renang tersebut dan mereka tidak hati-hati, maka akan berbahaya. Ia juga berkonsultasi dengan orangtua dan Pak Waluyo untuk menguatkan argumen yang disusunnya. Akhirnya, sang murid dengan bantuan Pak Waluyo membuat janji bertemu dengan pengelola kolam. Murid tersebut kemudian mempresentasikan kekhawatiran dan rekomendasi perbaikan balok star tersebut. Pengelola kolam sangat kagum dan langsung merencanakan untuk masuk segera dalam proyek perbaikan bulan mendatang. Tak lama kemudian, balok star  itu pun selesai diperbaiki.

    Situasi 3

    Di masa Pandemi ini, Ibu Santi, seorang guru PAUD sangat menyadari bahwa meskipun murid-murid belajar dari rumah, murid-murid harus tetap mendapatkan pengalaman belajar yang akan membantu mereka mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak secara maksimal. Kebetulan, sekolahnya menerapkan sistem Belajar dari Rumah, yang mengkombinasikan pembelajaran sinkron dan asinkron. Di dalam jadwal pelajaran setiap harinya, akan ada waktu murid bertemu guru secara daring melalui Google Meet, namun akan ada juga waktu bagi murid-murid ini untuk melakukan kegiatan secara mandiri di rumah. Tujuannya, disamping agar murid-muridnya tidak terlalu lama berhadapan dengan layar komputer, namun yang paling penting Ibu Santi merasa murid-muridnya yang masih kecil-kecil ini perlu untuk belajar melalui kegiatan yang bersifat nyata. Bu Santi kemudian membuat rancangan aktivitas pembelajaran yang tertuang dalam bentuk ‘Choice Board’ atau “Papan Pilihan”. Choice board ini berbentuk kotak-kotak (terdiri dari 9 kotak). Di dalam setiap kotak dalam kisi-kisi tersebut, bu Santi menuliskan instruksi untuk berbagai aktivitas berbeda yang dapat dilakukan oleh murid dalam satu hari. Instruksinya  cukup sederhana dan juga dilengkapi dengan gambar.  Jenis aktivitasnya juga sederhana, namun meliputi aktivitas yang mengembangkan keterampilan kognitif, fisik- motorik, bahasa, sosial emosional, moral-agama, dan seni.  Salah satu kotak dari 9 kotak tersebut juga dikosongkan oleh bu Santi untuk memberikan kesempatan murid menentukan sendiri satu kegiatan yang ingin mereka lakukan bersama orang tua.

    Beberapa contoh kegiatan yang dimasukkan dalam grid tersebut,misalnya:

    di kotak 1: bu Santi meminta murid membuka dan menutup sebanyak mungkin tutup botol atau toples yang ada di rumah.
    di kotak 2: bu Santi meminta murid ke luar rumah, melihat awan, dan kemudian menggambarnya.
    di kotak 3: bu Santi meminta murid untuk menghitung jumlah kaus yang ada di lemari pakaiannya dan mengidentifikasi warnanya.
    di kotak 4: bu Santi meminta murid untuk melihat ke dapur mereka dan mengidentifikasi ada warna apa yang mereka lihat di sana.
    dsb.

    Kesemua aktivitas yang diminta dapat dilakukan secara mandiri oleh murid atau dengan sedikit supervisi dari orang tua atau orang dewasa di rumah.  Choice Board dibuat oleh guru dalam bentuk yang menarik dan dikirimkan oleh guru kepada orang tua melalui grup whatsapp. Choice board ini akan dikirimkan kepada orang tua setiap minggu sekali dan akan terdiri dari choice board yang berbeda setiap harinya (ada choice board untuk Senin, Selasa, dsb). Terkadang, di choice board yang berbeda hari akan ada kegiatan yang berulang, karena ada beberapa keterampilan yang memang harus dilatih, sehingga menurut bu Santi pengulangan perlu dilakukan. Saat pertemuan di Google Meet di pagi hari, bu Santi akan menjelaskan instruksi-instruksi yang ada dalam choice board tersebut. Ibu Santi memperbolehkan murid untuk memilih kegiatan apa saja yang mereka ingin lakukan, mana kegiatan yang ingin dilakukan lebih dulu dan kapan mereka mau melakukannya. Murid juga dipersilahkan memberikan ide kegiatan pada guru yang akan kemudian dimasukkan oleh guru dalam choice board di hari berikutnya. Karena bu Santi memahami orang tua mungkin bukan guru, maka setiap akhir minggu (biasanya di hari Jumat) bu Santi juga akan meluangkan waktu untuk bertemu dengan para orang tua murid untuk menjelaskan choice board untuk seminggu ke depan. Bu Santi akan menjelaskan maksud dari setiap kegiatan yang diberikan, tujuannya dan bagaimana orang tua atau orang dewasa lain di rumah dapat membantu memastikan agar tujuan pembelajaran bisa tercapai. (misalnya: pertanyaan apa yang harus diajukan pada murid saat mereka melakukan kegiatan tersebut, panduan pengerjaannya, dsbnya). Bu Santi ingin orang tua tidak hanya memastikan murid mengerjakan aktivitasnya, tetapi juga memahami tujuan pembelajaran dibaliknya. Di hari berikutnya, saat pertemuan google meet kembali, bu Santi kemudian akan meminta murid-muridnya untuk melakukan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilakukan di hari sebelumnya.

     Situasi 4

    Dalam masa pandemi ini, Pak Bahri, seorang kepala sekolah SMA merasa galau karena sudah selama 1 tahun ajaran, semua kegiatan ekstra kurikuler di sekolahnya harus dihentikan. Ia merasa murid-muridnya masih perlu melakukan berbagai kegiatan yang dapat mengasah minat dan bakat murid, meskipun di masa pandemi. Namun ia bingung, dengan segala keterbatasan di masa pandemi ini, kira-kira kegiatan apa yang menarik minat murid dan masih memungkinkan untuk dapat dilakukan secara daring. Ia kemudian mengajak murid-murid yang menjadi anggota OSIS untuk bertemu secara daring. Setelah menanyakan kabar, perasaan, dan umpan balik mereka tentang kegiatan pembelajaran daring yang selama ini dilakukan, barulah Pak Bahri kemudian menyampaikan kegalauannya. Ia tanyakan apakah murid-murid merasakan kegalauan yang sama dengannya. Dari pertemuan tersebut, ia mengetahui ternyata murid-murid juga merasakan kegalauan yang sama. Ia lalu menanyakan apakah anak-anak memiliki saran atau gagasan, bagaimana mereka dapat tetap mengadakan kegiatan ekstrakurikuler, walaupun secara daring, dan apa saja kegiatan-kegiatan yang sekiranya menarik minat murid-murid. Ternyata, murid-murid memiliki banyak sekali gagasan yang luar biasa tentang ragam aktivitas yang dapat dilakukan.  Namun, ada beberapa kegiatan yang disarankan yang sepertinya sulit untuk dilakukan, karena Pak Bahri merasa bahwa tidak ada guru yang memiliki keahlian untuk dapat mengajarkan kegiatan tersebut. Pak Bahri pun menyampaikan kesulitan tersebut kepada para anggota OSIS. Ternyata, murid-murid malah memberikan ide untuk meminta agar murid saja yang mengajar kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Mereka rupanya mengetahui ada salah satu teman mereka yang “ahli’ melakukan hal tersebut. Mereka mengatakan,  guru cukup mensupervisi kegiatannya saja, tetapi murid yang memang memiliki keahlian tersebutlah yang akan mengajarkan teknik-tekniknya. Mereka juga bahkan mengajukan diri untuk membantu membujuk anak tersebut agar bersedia menjadi ‘guru’ untuk kegiatan ekstra kurikuler tersebut. Akhirnya, atas kesepakatan bersama, mereka memutuskan untuk melakukan beberapa kegiatan ekstrakurikuler. Ada kegiatan yang diajar oleh guru, dan untuk beberapa kegiatan yang tidak dapat diajarkan oleh guru, diajarkan oleh murid-murid dengan supervisi guru. Mereka lalu mendiskusikan jadwal, sumberdaya yang diperlukan, dan pengorganisasiannya. Dibantu oleh OSIS akhirnya kegiatan tersebut dipromosikan dan ternyata, animo murid untuk terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler tersebut sangat besar.  Pak Bahri pun merasa senang.

    Situasi 5.

    Dalam satu kesempatan, sebuah SMK menjalankan pembelajaran terintegrasi berbasis proyek. Mata pelajaran normatif yang terkait adalah Bahasa Indonesia (BI), Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai mata pelajaran adaptif, dan mata pelajaran Teknologi Pakan Ternak (TPK) sebagai mata pelajaran produktif. Guru pelajaran TPK menantang murid untuk mengidentifikasi potensi pakan ternak organik dari lingkungan dan masyarakat sekitar berikut permasalahannya, kemudian menawarkan solusi untuk mengembangkannya. Tawaran solusi akan dipaparkan melalui presentasi yang secara teknis akan dinilai oleh Guru TIK dan secara konten bahasa akan dinilai oleh Guru BI. Dalam perjalanan, para murid terlebih dahulu memutuskan untuk menciptakan pakan ternak organik bagi peternakan ayam negri (broiler) di sekolahnya. Selama ini pakan yang digunakan adalah pakan jadi yang dibeli oleh sekolah. Para murid kemudian mencari, dan menguji coba berbagai sumber pakan organik di sekitar lingkungan mereka dan mengolahnya menjadi pakan ayam broiler. Akhirnya, mereka pun menemukan sumber pakan yang paling cocok dan ekonomis untuk skala produksi kala itu adalah cacing sutra yang diternak cukup banyak oleh masyarakat di sekitar sekolah. Setelah beberapa uji coba, mereka juga menemukan bahwa daging ayam broiler yang mengkonsumsi pakan dengan bahan utama cacing sutra memiliki massa daging lebih banyak dibanding yang mengkonsumsi pakan ternak biasa. Sekolah melihat hal ini dan menghubungkan para murid dengan media TV lokal untuk membagikan apa yang mereka lakukan. Tak dikira, hal tersebut dianggap menarik oleh sebuah waralaba ayam goreng internasional yang beroperasi di kabupaten mereka dan memutuskan untuk menguji dan akhirnya menyatakan bahwa produk daging ayam broiler murid-murid ini layak untuk digunakan.  Para murid pun diminta untuk memasok sebagian daging ayam untuk franchise tersebut. Selain memproduksi sendiri daging ayam broiler di sekolah, para murid juga mengajak masyarakat peternak broiler di sekitar sekolah untuk menggunakan pakan buatan mereka sehingga menghasilkan volume daging yang cukup untuk memasok daging ayam ke waralaba tersebut.

     Situasi 6

    Dalam perjalanan menuju sekolah, seorang murid di sebuah SMK jurusan mesin melihat seorang ibu yang mengalami kesulitan saat memarut kelapa karena parutan sudah rusak. Melihat hal itu, murid mempunyai ide untuk dapat membantu kesulitan ibu tersebut dengan memanfaatkan alat yang ada di sekolah untuk dibuat mesin parut kelapa. Meskipun berbagai jenis  mesin parut kelapa sudah banyak tersedia, tapi murid itu berkeinginan untuk memanfaatkan bahan-bahan bekas yang dimiliki sekolahnya. Gagasan untuk membuat mesin parut sederhana kemudian disampaikan kepada Bu Sri, gurunya. Setelah mendengarkan cerita dan gagasan murid, Bu Sri menyetujui dan memberikan kesempatan pada murid untuk mencari solusi permasalahan tersebut. Bu Sri meminta mereka mencari tahu dan mempelajari tentang cara kerja mesin parut yang sederhana terlebih dulu. Karena pembuatan mesin parut bukan hal yang cukup mudah, murid berinisiasi untuk bekerja bersama dengan beberapa murid. Dengan bimbingan guru mereka pun dapat mengembangkan ide dan alternatif jenis alat, bahan, cara kerja mesin yang dapat membantu pekerjaan memarut kelapa tersebut. Dalam kurun waktu kurang dari seminggu, sebuah mesin parut sederhana sudah berhasil diciptakan. Murid-murid mulai menguji cobakan jalannya mesin tersebut, ternyata ada beberapa bagian yang terasa belum bisa digunakan secara efektif dan efisien. Melihat hal tersebut, dilakukan diskusi bersama, masing-masing menyampaikan ide-ide dan mencari berbagai alternatif solusi agar mesin itu bisa bekerja dengan efektif dan efisien. Dengan menggunakan alternatif solusi dari beberapa murid, mesin itu pun diujicobakan kembali. Hasil kerja mesin tersebut ternyata dapat bekerja dengan baik sesuai yang diharapkan. Pada akhirnya murid tersebut membuat 2 mesin sederhana untuk memarut kelapa dan menyerahkan kepada ketua lingkungan setempat.  Ketua lingkungan yang diwakili oleh RT dan RW setempat mengapresiasi hasil karya murid SMK tersebut dan meminta mereka untuk berbagi keterampilan membuat mesin pemarut kelapa sederhana kepada pemuda di  Karang Taruna lingkungan. Pihak RT dan Rw menyediakan fasilitas tempat, peralatan, dan bahan-bahan yang diperlukan oleh murid-murid.   Pihak sekolah menyambut baik dan memberikan kesempatan lagi kepada murid-murid untuk mendiskusikan dan mempersiapkan kegiatan  berbagi keterampilan kepada pemuda di lingkungan  sekitar sekolah.


    04 Juni 2022

    3.3.a.4. Eksplorasi Konsep - Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid (Kepemimpinan Murid)

     

     Kepemimpinan Murid

    Apakah kepemimpinan murid  ?

    Dari paket modul 1 dan 2 sebelumnya, Bapak/Ibu telah belajar bahwa murid harus menjadi dasar bagi semua pengambilan keputusan yang kita buat di sekolah. Melalui filosofi dan metafora “menumbuhkan padi”, Ki Hajar Dewantara mengingatkan kita bahwa dalam mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada murid,  kita harus secara sadar dan terencana membangun ekosistem yang mendukung pembelajaran murid sehingga mampu memekarkan mereka sesuai dengan kodratnya. Dengan demikian, saat kita merancang sebuah program/kegiatan pembelajaran di sekolah, baik itu intrakurikuler, ko-kurikuler, atau ekstrakurikuler, maka murid juga seharusnya menjadi pertimbangan utama. Pertanyaannya kemudian adalah sejauh mana kita dapat menempatkan murid dalam proses pengambilan keputusan terkait dengan program/kegiatan pembelajaran tersebut?

     “Sesungguhnya alam-keluarga itu bukannya pusat pendidikan individual saja, akan tetapi juga suatu pusat untuk melakukan pendidikan sosial. Orangtua harus melakukan pendidikan bersama dengan pusat-pusat pendidikan, dan terhubung dengan kaum guru dan pengajar [Ki Hadjar Dewantara dalam Wasita, Tahun ke-1 No.3, Mei 1993]”

    Kita semua tentu sepakat bahwa murid-murid kita dapat melakukan lebih dari sekedar menerima instruksi dari guru. Mereka secara natural adalah seorang pengamat, penjelajah, penanya, yang memiliki rasa ingin tahu atau minat terhadap berbagai hal. Lewat rasa ingin tahu serta interaksi dan pengalaman mereka dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya, mereka kemudian membangun sendiri pemahaman tentang diri mereka, orang lain, lingkungan sekitar, maupun dunia yang lebih luas. Dengan kata lain, murid-murid kita sebenarnya memiliki kemampuan atau kapasitas untuk mengambil bagian atau peranan dalam proses belajar mereka sendiri. Namun, terkadang guru atau orang dewasa memperlakukan murid-murid seolah-olah mereka tidak mampu membuat keputusan, pilihan atau memberikan pendapat terkait dengan proses belajar mereka. Kadang-kadang kita bahkan tanpa sadar membiarkan murid-murid kita secara sengaja menjadi tidak berdaya (learned helplessness), dengan secara sepihak memutuskan semua yang harus murid pelajari dan bagaimana mereka mempelajarinya, tanpa melibatkan peran serta mereka dalam proses pengambilan keputusan tersebut. 


    SUMARNI noted on Kepemimpinan Murid

    Sebagai subjek, murid tidak hanya melaksanakan sesuatu yang dinstruksikkan tapi lebuh jauh dari itu murid dapat memberikan peran yang lebih luas. Mereka bisa membangun sendiri pemahaman tentang diri mereka, orang lain, lingkungan sekitar, maupun dunia yang lebih luas. Mereka memiliki kapasitas untuk menentukan peranannya dalam proses belajar mereka sendiri.

     

    ADINDA respond:

    Betul sekali ibu, saya sependapat dengan statement ibu, jangan sampai guru terus berkuasa atas kebebasan belajar murid saat belajar.


    R. GANTRINA WULANSARI respond:

    betul bu seharusnya kita kita bisa seperti itu , saya juga terkadang cenderug memegang kendali untuk siswa , namun ternyata tidak seperti itu.


    IWAN SETIAWAN respond:

    Sepakat bu Kita mulai berusaha untuk dapat mewujudkan peran kita sebagai guru, diantaranya adalah peran mewujudkan kepemimpinan murid. Sehingga mereka mampu memimpin dirinya sendiri sebelum memimpin orang lain


    NENENG JULIANI FUJAYANTI respond:

    Sependapat bu, murid bisa membangun sendiri pemahaman tentang diri mereka, orang lain, lingkungan sekitar, maupun dunia yang lebih luas.

     

    SANDI NUR CAHYATIKA respond:

    Super sekali bu,.murid harus dapat memberikan peran yang lebih luas.

     

    ADINDA noted on Kepemimpinan Murid

    Murid terlibat langsung dalam proses pembelajaran, tentang apa yang harus murid pelajar, bagaimana mereka mempelajarinya, murid haruslah berperan dalam pengambilan keputusan.

     

    TINNA DEWI respond:

    kita harus percaya,jika murid diberikan kesempatan berperan dalam pengambilan keputusan,semoga itu bisa menjadi jalan agar kompetensi yang dia punya bisa lebih berkembang ya bu Adinda.

     

    YUSI PEBRUANTI noted on Kepemimpinan Murid

    murid-murid kita sebenarnya memiliki kemampuan atau kapasitas untuk mengambil bagian atau peranan dalam proses belajar mereka sendiri. Namun, terkadang guru atau orang dewasa memperlakukan murid-murid seolah-olah mereka tidak mampu membuat keputusan, pilihan atau memberikan pendapat terkait dengan proses belajar mereka.

     

    AGUS respond:

    Betul sekal Bu yusi, saya akan coba seserng mungkin melaksanakan coaching terhadap murid supaya kita dapat tahu potensi mereka juga mereka tidak merasa malu saat berkomunkasi dengan guru

     

    NENENG JULIANI FUJAYANTI respond:

    Iya bu yusi jadinya murid tidak mampu membuat keputusan. tidak mampu membuat keputusan. Kita harus bisa kemampuan atau kapasitas untuk mengambil bagian atau peranan dalam proses belajar mereka.


    DESI TRIYANI noted on Kepemimpinan Murid

    Saat kita merancang sebuah program/kegiatan pembelajaran di sekolah, baik itu intrakurikuler, ko-kurikuler, atau ekstrakurikuler, maka murid juga seharusnya menjadi pertimbangan utama. Murid-murid kita sebenarnya memiliki kemampuan atau kapasitas untuk mengambil bagian atau peranan dalam proses belajar mereka sendiri.

     

    JULFAH RODIYAH noted on Kepemimpinan Murid

    Kadang kita berpikir murid lebih pintar dalam beberapa aspek dibanding kita. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan pada modul ini bahwa murid dapat menjadi pengamat, penjelajah, penanya, yang memiliki rasa ingin tahu atau minat terhadap berbagai hal, bukan hanya menerima instruksi guru saja. Mereka dapat mengambil peran dalam menentukan proses belajar meraka

     

    DADI SULISTIYATI respond:

    Benar bu Julfah, anak-anak sungguh sosok luar biasa dengan keunikan dan kelebihannya masing-masing.

     

    TINNA DEWI noted on Kepemimpinan Murid

    murid harus menjadi dasar bagi semua pengambilan keputusan yang kita buat di sekolah. Mereka secara natural adalah seorang pengamat, penjelajah, penanya, yang memiliki rasa ingin tahu atau minat terhadap berbagai hal. Lewat rasa ingin tahu serta interaksi dan pengalaman mereka dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya, mereka kemudian membangun sendiri pemahaman tentang diri mereka, orang lain, lingkungan sekitar, maupun dunia yang lebih luas.

     

    DADI SULISTIYATI noted on Kepemimpinan Murid

    Orang dewasa terkadang merasa bahwa anak-anak belum mampu berpikir dan belum berhak menyampaikan pemikirannya. Cara pandang ini harus kita hilangkan. Kita sebagai guru/orang dewasa yang harus pintar-pintar menggali potensi anak, memunculkan berbagai pemikiran hebat, ide-ide kreatif yang fresh dari murid-murid kita.

     

    DJUANGSIH DEWI respond:

    Betul Bu Dadi, anak-anak itu ternyata memiliki ide-ide yang sangat brilian bila digali lebih jauh itu akan sangat berdampat untuk mereka.

     

    WIWIN SAWINAH respond:

    Benar Bu Dadi, sebagai guru kita harus pintar murid

     

    DJUANGSIH DEWI noted on Kepemimpinan Murid

    Kita sebagai orang dewasa terkadang berpikir bahwa mereka hanyalah anak-anak yang tidak tahu apa-apa. Padahal dalam kenyataan setelah kita memberikan kepercayaan kepada mereka untuk membuat sesuatu dengan cara yang mereka sukai, terkadang hasilnya lebih baik dari ekspektasi kita. Lewat rasa ingin tahu serta interaksi dan pengalaman mereka dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya, mereka kemudian membangun sendiri pemahaman tentang diri mereka, orang lain, lingkungan sekitar, maupun dunia yang lebih luas.

     

    ADINDA respond:

    Sependapat dengan ibu djuang, karena bagaimana pun murid bukanlah kertas kosong yang benar-benar tidak tahu apa-apa dan harus selalu bersedia mematuhi apa yang diperintahkan oleh guru.

     

    R. GANTRINA WULANSARI noted on Kepemimpinan Murid

    dengan membaca kepemimoinan murid , kita menjadi lebih terbuka bahwa sebetulnya murid kita mempunyai kemampuan atau kapasitas untuk mengambil bagian atau peranan dalam proses belajar mereka sendiri.

     

    JUHRIANSYAH noted on Kepemimpinan Murid

    Yang saya rasakan dan yang saya lakukan memang seperti itu. Mudah-,mudahan saya bisa segera betobat dan kembali kepada jalan yang benar.


    WIWIN SAWINAH noted on Kepemimpinan Murid

    Murid memiliki kemampuan atau kapasitas untuk mengambil bagian atau peranan dalam proses belajar mereka sendiri.

     

    FITRIA noted on Kepemimpinan Murid

    materi yang ada pada modul ini mengingatkan kebiasaan saya yang sering kali sebagai guru memutuskan sendiri kegiatan apa yang akan diajarkan pada murid karena saya sering berpikir murid belum mengetahui apa-apa, sehingga murid hanya objek dalam kegiatan pembelajaran.

     

    ADINDA respond:

    Betul ibu, terkadang kita lupa bahwa murid memiliki hak untuk belajar dengan caranya, dan bebas memilih apa yang ingin mereka pelajari.

     

    GEGET MULYANA noted on Kepemimpinan Murid

    Jadi ingat sebuah ungkapam "Keluarga adalah madrasah pertama bagi anak"

     


    Prinsip Coaching

      Prinsip Coaching Definisi  coaching  menurut ICF ( International Coaching Federation ) adalah “Hubungan kemitraan dengan klien, dalam su...